Oleh : apt. Sofia Nur Wachida, S. Farm.

Seiring dengan berkembangnya zaman, polusi terhadap lingkungan semakin meningkat dan menjadi faktor utama penyebab gangguan kesehatan. Seiring dengan bertambahnya umur, kondisi tubuh akan menjadi tua dan menyebabkan terjadinya penurunan produksi zat antioksidan dalam tubuh. Pada umur 40 tahun, produksi antioksidan dalam tubuh hanya 50 % dan pada umur 60-70 tahun akan turun menjadi 5-10 %. Oleh karena itu, asupan antioksidan dari luar sangat dibutuhkan (Hernani dan Raharjo, 2006).

Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga dapat melindungi sistem biologi tubuh dari berbagai macam penyakit degeneratif, penuaan dan kanker (Tapan, 2005). Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif akibatnya kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi, 2007).

Indonesia kaya akan tumbuh-tumbuhan baik sebagai sumber obat, atau makanan. Dari beberapa tumbuh-tumbuhan ini, terutama yang digunakan sebagai sumber makanan sehari-hari, mengandung senyawa kimia yang mempunyai aktifitas sebagai antioksidan, tetapi informasi ilmiah tentang aktifitas antioksidan dan antiradikal terutama pada tanaman yang biasa digunakan sehari-hari atau bahan makanan masih jarang ditemukan.

Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) telah lama dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan secara tradisional digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan. Periset Ilmu dan Teknologi Pangan Ir. Didah Nurfarida M.Si. dari Institut Pertanian Bogor menemukan kandungan antioksidan pada teh kelopak bunga rosella jumlahnya lebih tinggi dibanding kumis kucing yang antioksidannya teruji klinis meluruhkan batu ginjal. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh De-Xing Hou dari Department of Biochemical Science and Technology Faculty Of Agriculture Kagoshima University Jepang menemukan bahwa senyawa antosianin delphinidin 3-sambubioside dan cyanidin 3-sambubioside sebagai antioksidan terbukti mengatasi kanker darah atau leukemia (Mardiah dkk., 2009).

Kelopak bunga Rosella dapat mengatasi berbagai macam penyakit, diantaranya menurunkan asam urat (gout), meredakan peradangan sendi (arthritis), merangsang selera makan, kandungan glycosides-nya sebagai penawar luka, meningkatkan sistem syaraf dan dapat meningkatkan daya ingat otak. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), melancarkan buang air kecil (diuretik), sebagai anti inflamasi yang kuat, antipiretik yang menurunkan panas dalam, mempercepat pemecahan darah beku di otak dan kandungan asiaticoside (triterpene glycoside) dalam merangsang pembentukan lipid dan protein yang amat berguna untuk kesehatan kulit. Dapat meredakan dan menghilangkan batuk kronis, menurunkan kolesterol, menghancurkan lemak, melangsingkan tubuh, mengurangi efek buruk miras, mengurangi kecanduan merokok, mencegah stroke dan hipertensi. Mengurangi stress, memperbaiki pencernaan, menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula, bersifat penetral racun, mencegah kanker, tumor, maaq menahun, migrain, demam tinggi. Cocok untuk ibu hamil guna membentuk kecerdasan otak anak di dalam kandungan dan mampu meningkatkan gairah sex serta tahan lama (Mardiah dkk., 2009).

Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosella meliputi gossypetin, antosianin, glucoside hibiscin, asam organik, polisakarida dan flavonoid. Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada seduhan kelopak bunga Rosella, dimana antosianin dan flavonoid bersifat sebagai antioksidan. Selain itu kelopak bunga rosella juga mengandung vitamin C cukup tinggi dibandingkan jeruk, apel, pepaya dan jambu biji yang telah kita ketahui bahwa vitamin C berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit (Mardiah dkk., 2009).

Mulai tahun 2009 banyak industri yang mulai mencoba untuk membudidaya dan mengolah kelopak bunga rosella menjadi berbagai olahan makanan, seperti teh, jus, sirup, permen jelly, selai, dodol, manisan dan pewarna makanan. Produk olahan tersebut dapat menjadi alternatif bahan pangan yang bisa dikonsumsi untuk memenuhi kecukupan antioksidan dalam tubuh.

Gambar berbagai olahan pangan kelopak bunga rosella

Referensi :

Hernani dan Raharjo M., 2006, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, cetakan ke-2, Penebar Swadaya, Jakarta.

Mardiah, Hasibuan, S., Rahayu, A., dan Ashadi, R. W., 2009, Budidaya dan Pengolahan Rosella, si Merah Segudang Manfaat, cetakan 1, Agromedia Pustaka, Jakarta.

Tapan, E., 2005, Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Winarsi, H. 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan, Kanisus, Yogyakarta.